BANYUWANGI – Pemerintah Kabupaten Banyuwangi melalui Dinas Kesehatan memberi perhatian lebih terhadap ibu hamil di wilayah setempat.
Perhatian tersebut sebagai upaya untuk menekan Angka Kematian Ibu (AKI). Sebagaimana diketahui AKI di Indonesia memang masih terbilang cukup tinggi. Pemicunya beragam.
Untuk menekan angka kematian ibu hamil, Dinkes Banyuwangi memiliki formula dan inovasi khusus.
Inovasi itu bernama Elektronik kohort (E-Kohort). Fungsinya melakukan pencatatan ibu hamil mulai dari pemeriksaan, kehamilan, melahirkan, dan dalam masa nifas atau 42 hari setelah melahirkan tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup keseluruhannya tercatat secara E-Kohort. Kini, seluruh Puskesmas di ujung timur Pulau Jawa telah menggunakan aplikasi cerdas itu.
Selain untuk memaksimalkan pencatatan, Dinkes bekerja sama dengan lintas sektor yaitu dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat. Terutama terkait penemuan dan pendataan ibu hamil.
Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat (Kesmas), Hanipan mengatakan berkat penerapan E-Kohort, AKI di Banyuwangi dapat ditekan.
Salah satu pemicu AKI adalah usia. Tingkat kematian ibu hamil yang berumur 31-40 tahun sejumlah 49,1%, sedangkan usia di bawah 20 tahun sebanyak 38,2%.
Selanjutnya AKI pada ibu hamil disebabkan oleh eklamsia/hipertensi, pendarahan, dan pada saat selesai melahirkan sampai 42 hari.
"Kejadian kematian ibu di tahun 2022 lebih banyak pada saat nifas yaitu setelah ibu melahirkan. Dihitung mulai dari melahirkan sampai 42 hari setelah melahirkan itu lebih banyak di sana angkanya," urainya.
Banyaknya masyarakat yang lalai dan menganggap aman waktu selesai melahirkan menjadikan jumlah AKI semakin tinggi.
"Terkadang masyarakat kalau sudah melahirkan merasa aman. AKI pascanifas berada diangka 50%. Tetapi, di saat hamil kurang lebih 33% dan pada saat melahirkan 17%," terangnya.
Memang seharusnya, perhatian untuk ibu hamil harus lebih diperhatikan, terutama pada semester awal yakni kurang dari 12 minggu.
Sebaiknya, ibu hamil melakukan pemeriksaan ANC (Antenatal Care) minimal 6 kali. Agar trimester pertama, kedua, dan ketiga dapat dipantau oleh petugas kesehatan.
Hanipan juga membeberkan Angka Kematian Bayi (AKB). Yang tertinggi yakni terjadi kepada bayi yang beratnya kurang dari 2.500 gram sebanyak 76%.
"Bayi berbobot 2.500 gram keatas mencapai angka kematian sebesar 23,8% pada tahun 2022," imbuhnya.
Untuk diketahui, terdapat program Dinkes pada pendampingan ibu hamil yang memiliki risiko tinggi yakni dengan didampingi langsung oleh para kader posyandu. Salah satu contoh yakni program yang ada di Kecamatan Sempu.
Di sana, untuk menemukan ibu hamil mereka bekerja sama dengan pedagang sayur keliling. Karena memang pedagang sayur keliling menjadi tempat perkumpulan ibu-ibu.
Selanjutnya pedagang sayur tersebut menyampaikan kepada pihak terkait apabila menemukan ibu hamil.
Tak hanya itu, di Sempu juga ada program sakinah (stop angka kematian ibu dan balita). Masyarakat Sempu yang mayoritas bertempat tinggal jauh dari pelayanan kesehatan akan dijemput untuk dibawa ke rumah singgah hingga ke pelayanan kesehatan terdekat. (*)