Pesona Ritual Jamasan Pusaka: Melestarikan Budaya Banyuwangi di Bulan Suro

$rows[judul]

BANYUWANGI - Memasuki bulan Suro dalam penanggalan Jawa, kolektor keris di Banyuwangi menggelar ritual jamasan di halaman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), Senin (8/7). Ritual ini bukan hanya sebagai ajang pelestarian budaya, tetapi juga memberikan edukasi mengenai peninggalan leluhur Nusantara. Beragam jenis pusaka dipamerkan dalam acara ini.Kolektor pusaka Banyuwangi, KRT Ilham Triadi Nagoro, menjelaskan bahwa jamasan adalah ritual membersihkan pusaka dari energi negatif. Dalam ritual ini, pusaka dibersihkan dari debu dan karat menggunakan kembang tujuh rupa yang diiringi dengan rapalan mantra. Setelah dimandikan, pusaka diberi wewangian dan dupa yang semerbak harum turut mengiringi ritual ini.

"Selama setahun, pusaka diyakini menyerap energi negatif dari pemiliknya. Jamasan berfungsi mengembalikan pusaka supaya mendapat energi positif," kata Ilham.

Ia menambahkan bahwa ritual ini dilakukan pada bulan Suro karena bulan ini diyakini sebagai awal yang baik yang menandai pergantian tahun dalam kepercayaan masyarakat Jawa.

Di Banyuwangi, kolektor pusaka terbilang banyak. Ilham menjelaskan bahwa ia telah menjamasi ratusan pusaka mulai dari keris, pedang, tombak, dan aneka tosan aji lainnya sejak sepekan terakhir. "Kami hanya memfasilitasi jamasan karena terkadang pemilik tidak tahu bagaimana merawatnya. Kami tidak mematok harga, mahar seikhlasnya," imbuhnya.

Dalam ritual ini, berbagai koleksi pusaka kuno dipamerkan, termasuk bethok Singosari dan Tandhuk Blambangan yang diyakini berusia ratusan tahun. Agenda jamasan di Disbudpar ini rutin dilakukan setiap tahun di bulan Suro. Diharapkan cara ini menjadi sarana edukasi untuk mengenalkan kekayaan budaya Banyuwangi kepada generasi muda maupun wisatawan.