Peternakan di Sumbermulyo: Biogas untuk Masak dan Penerangan

$rows[judul]

Banyuwangi - Para peternak di Banyuwangi terus melakukan upaya kreatif, memanfaatkan limbah ternak menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bernilai ekonomi. Salah satunya peternakan domba (sopas) di Desa Sumbermulyo, Kecamatan Pesanggaran yang memanfaatkan kotoran hewan ternak menjadi biogas dan slurry (pupuk organik cair). Dengan cara ini limbah dari peternakan menjadi nol persen.

Di Desa Sumbermulyo terdapat peternakan domba yang menjadi rumah produksi biogas dan bio-slurry. Rumah produksi tersebut dikelola oleh para petani dan peternak Kelompok Tani Sumber Rejeki.

Biogas dimanfaatkan menjadi bahan bakar pengganti LPG untuk memasak. Saat ini beberapa rumah di sekitar peternakan telah menggunakan biogas untuk kebutuhan memasak. Mereka juga menggunakan biogas untuk kebutuhan penerangan.


Baca Juga : Kisah Inspiratif: Mantan TKI Bangun Usaha Susu Kambing yang Sukses di Banyuwangi

Selain menjadi biogas, kotoran hewan ternak tersebut juga diolah dijadikan bio-slurry yang dijadikan sebagai pupuk organik.

Bio-slurry merupakan ampas biogas. Meskipun ampas, namun slurry memiliki banyak nutrisi yang bermanfaat untuk pertanian. Sebagai pupuk alami slury mampu mengikat nutrisi tanah sekaligus menggemburkan tanah yang keras.

Bio-slurry memiliki mikroba probiotik yang mampu meningkatkan kesuburan tanah, sehingga berdampak kepada kualitas dan kuantitas hasil panen.

"Apa yang dilakukan para peternak di desa ini merupakan solusi agar limbah peternakan menjadi nol persen, karena tidak ada limbah dari peternakan yang tersisa," kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, saat mengunjungi peternakan domba tersebut, di sela program Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa) di Desa Sumbermlyo.

"Selain itu hasilnya juga bisa dimanfaatkan oleh para petani untuk pupuk organik, sehingga mengurangi biaya produksi. Yang terpenting lagi proses kreatif ini juga turut menjaga kesuburan tanah," tambah Ipuk.

Pengolahan limbah ternak ini mulai berjalan sejak awal 2023 lalu. Sarman, pemilik peternakan domba mengatakan, pengolahan limbah ini merupakan hasil kerjasama kelompok tani, Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Banyuwangi, dan program doktor mengabdi Universitas Brawijaya.

Melalui kerjasama ini dibangun instalasi digester biogas, untuk mengolah limbah kotoran ternak. Sarman menjelaskan proses pengolahan limbah ini cukup mudah.

"Kotoran ternak dimasukkan dalam mixer untuk dihaluskan. Setelah halus masuk ke tabung biogas, untuk diambil gas-nya," kata Sarman.

Setelah gasnya diambil, ampas dari kotoran tersebut menjadi bio-slurry yang dimanfaatkan menjadi pupuk organik untuk petani.

"Pupuk organik ini selain kami gunakan sendiri juga dijual ke kelompok-kelompok petani lainnya di Banyuwangi dalam bentuk pupuk organik cair," tambah Sarman.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi Arief Setiawan menambahkan, inisiatif ini merupakan contoh nyata bagaimana peternak bisa mengelola limbah peternakan secara efektif dan efisien.

“Dengan adanya instalasi biogas ini, kita tidak hanya mengurangi dampak negatif limbah terhadap lingkungan, tetapi juga menciptakan nilai tambah bagi para petani dan peternak. Bio-slurry yang dihasilkan sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah dan hasil panen," kata Arief.