Menghidupkan Kembali Tradisi: Pencak Sumping Semarakkan Idul Adha di Dusun Mondoluko

$rows[judul]

Banyuwangi - Semarak Idul Adha di Kabupaten Banyuwangi tak hanya diwarnai dengan ibadah dan pemotongan hewan kurban. Di Dusun Mondoluko, Desa Tamansuruh, Kecamatan Glagah, tradisi Pencak Sumping turut memeriahkan suasana.Setiap tahun, masyarakat Dusun Mondoluko menggelar atraksi Pencak Sumping bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha. Pencak Sumping merupakan seni bela diri tradisional yang tak hanya menampilkan ketangguhan fisik, tetapi juga mengandung nilai-nilai spiritual dan sejarah.

Para pendekar, yang biasa disebut dengan sebutan "pendekar sumping", menampilkan berbagai jurus, mulai dari tangan kosong hingga menggunakan senjata pusaka. Gerakan mereka diiringi musik khas daerah dengan tempo rancak, semakin memeriahkan suasana.

Selain sebagai hiburan, Pencak Sumping memiliki makna yang mendalam. Konon, tradisi ini lahir dari semangat para pejuang melawan penjajahan Belanda di masa lalu. Nama Dusun Mondoluko sendiri berasal dari peristiwa tersebut, dimana "modol" berarti koyak dan "luko" berarti terluka.

Tradisi Pencak Sumping tak hanya menjadi hiburan, tetapi juga sebagai wadah untuk menjaga kelestarian budaya Banyuwangi. Generasi muda di Dusun Mondoluko turut dilibatkan dalam atraksi ini, sebagai bentuk pewarisan tradisi kepada generasi mendatang.

Selain pertunjukan Pencak Sumping, masyarakat Dusun Mondoluko juga menggelar tradisi "kenduri bersih desa" (ider bumi) yang bertepatan dengan Idul Adha. Ritual ini bertujuan untuk memohon doa keselamatan dan keberkahan bagi desa.

Atrakasi Pencak Sumping di Dusun Mondoluko tak hanya dinikmati oleh masyarakat setempat. Para wisatawan juga kerap datang untuk menyaksikan tradisi unik ini. Dengan memadukan unsur seni bela diri, budaya, dan religi, Pencak Sumping menjadi daya tarik wisata tersendiri bagi Banyuwangi.